Kamis, 13 Januari 2011

SALAF
(Ibn Hanbal dan Ibn Taimiyah)

Menurut Thablawi Mahmud Sa’ad Salaf artinya ulama terdahulu. Sedangkan menurut As-Sahrastani ulama salaf adalah yang tidak menggunakan Ta’wil (dalam penafsiran ayat-ayat mutasabihat) dan tidak mempunyai faham tasybih (antharopomorshiphisme).
Ibnu Madzkur menguraikan karakteristik ulama salaf atau salafiyah sebagai berikut:
1. Mereka lebih mendahulukan riwayat (Naql) daripada dirayah (aqil).
2. Dalam persoalan-persoalan pokok-pokok agama (ushuluddin) dan persoalan-persoalan cabang agama (faru’ ad-din).
3. Mereka mengimani Allah tanpa perenungan lebih lanjut (tentang dzat-Nya) dan tidak.
4. Mereka memahami ayat-ayat Al-Qur’an sesuai dengan ma’na lahirnya dan tidak berupaya untuk menakwilkannya.
Beberapa ulama salaf dengan beberapa pemikirannya. Terutama yang berkaitan dengan persoalan – persoalan kalam:
A. Imam Ahmad Bin Hanbal
1) Riwayat singkat hidup Ibn Hanbal
Ia dilahirkan di Bahdad tahun 164 H / 780 M. Dan meninggal 241 H/855 M. Sering dipanggil Abu Abdillah karena salah seorang anaknya bernama Abdillah. Namun, ia lebih dikenal dengan nama Imam Hanbal karena merupakan pendiri madzhab Hambali.
Ibn Hanbal dikenal sebagai seorang Zahir. Hampir setiap hari ia berpuasa dan hanya tidur sebentar di malam hari ia juga dikenal sebagai seorang dermawan.
2) Pemikiran teori Ibn Hanbal
a. Tentang ayat – ayat Mutasyabihat
b. Tentang status Al-Qur’an
B. Ibn Taimiyah
1) Riwayat Singkat Ibn Taimiyah
Nama lengkap Ibn Taimiyah adalah Tadiyuddin Ahmad bin Abi Al-Halim bin Taimiyah. Dilahirkan di Harran pada hari senin tanggal 10 Rabi’ul Awwal tahun 661 H dan meninggal di penjara pada malam senin tanggal 20 Dzul Qo’dah tahun 729 H.
Ibn Taimiyah terkenal sangat cerdas sehingga pada usia 17 thn. Ia telah dipercaya masyarakat untuk memberikan pandangan – pandangan mengenai masalah hukum secara resmi.
2) Pemikiran Teologi Ibn Taimiyah
Pikiran – pikiran Ibn Taimiyah seperti dikatakan Ibrahim Madzkur dan memiliki pandangan – pandangan tentang sifat – sifat Allah.
a) Percaya sepenuh hati terhadap sifat – sifat Allah yang ia sendiri atau Rasulnya menyifati seperti:
1. Sifat Salbiyah yaitu: Qidam, Baqo’, Mukhalafadhu lil hawaditsi, hiyamuhu binafsihi dan wahdaniyah.
2. Sifat Ma’ani yaitu: Qudrah, irodah, sama, bashar, hayat, Ilmu, dan kalam, dll.
b) Percaya sepenuhnya terhadap nama – namanya, yang Allah atau Rasul-Nya sebutkan. Seperti Al-Awwal, Al-Akhir, Azh-Zhahir. Al-Bathin, Al-Alim, Al-Qadir, Al-Hayya, Al-Hayyum, As-Sami, dan Al-Bashir.
c) Menerima sepenuhnya sifat dan nama Allah tersebut dengan:
1. Tidak menghilangkan pengertian lafaz-lafaz (minghoir Ta’thil)
2. Tidak mengubah maknanya pada makna yang tidak dikehendaki lafaz (min ghoir tahrif)
3. Tidak mengingkarinya (min ghair ilhad)
Berdasarkan alasan diatas, Ibn Taimiyah tidak menyetujui penafsiran ayat-ayat mutasyabihat, menurutnya ayat atau hadits yang menyangkut sifat-sifat Allah harus diterima dan diartikan sebagaimana adanya, dengan catatan tidak mentaf-simkan, tidak menyerupakan-Nya dengan makhluk dan tidak bertanya-tanya tentangnya.

KHALAF : AHLUSSUNNAH (AL-ASY’ARY DAN AL-MATURIDI)
Ungkapan Ahlussunnah (Sering disebut juga dengan sunni) dapat dibedakan menjadi dua pengertian, yaitu Umum dan khusus. Sunni dalam pengertian umum adalah lawan kelompok syi’ah. Dalam pengertian ini, mu’tazilah sebagaimana juga Asy’ariyah masuk dalam barisan Sunni. Sunni dalam pengertian khusus adalah mazhab yang berada dalam barisan Asy’ariyah dan merupakan lawan Mu’tazilah, pengertian keduanya inilah yang dipakai dalam pembahasan ini.
A. Al-Asy’ari
1. Riwayat Lengkap Al-Asy’ari
Nama lengkap Al-Asy’ari adalah Abu Hasan Ali bin Isma’il bin Ishaq bin Salim bin Isma’il bin Abdillah bin Musa bin Bilal bin Abi Burdah bin Abi Musa Al-Asy’ari.
Menurut Ibn Asakir, Ayat Al-Asy’ari adalah seorang yang berfaham Ahlussunnah dan ahli hadits. Tetapi Al-Asy’ari menganut faham Mu’tazilah hanya sampai ia berusia 40 tahun ketika berusia lebih dari 40 tahun, ia hijrah ke kota Bagdad dan wafat disana pada tahun 324 H / 935 M.
2. Dokrin – dokrin teologi Al-Asy’ari
Pemikiran – pemikiran Al-Asy’ari yang terpenting adalah berikut ini:
a. Tuhan dan sifat-sifatnya
b. Kebebasan dalam berkehendak (free will)
c. Akal dan wahyu dan kriteria baik dan buruk
d. Qadimnya Al-Qur’an
e. Melihat Allah
f. Keadilan
g. Kedudukan orang berdosa.
B. Al-Maturidi
1) Riwayat singkat Al-Maturidi
Abu Mansur Al-Maturidi dilahirkan di Maturid, sebuah kota kecil di daerah samarkand, wilayah Trmsoxiana di Asia Tengah, daerah yang sekarang disebut Uzbekistan. Tahun kelahirannya mtidak diketahui secara pasti, hanya diperkirakan sekitar pertengahan abad ke-3 H. Ia wafat tahun 333 H / 944 M.
Karir pendidikan Al-Maturidi lebih di konsentrasikan untuk menekuni bidang teologi dari pada fiqih. Ini dilakukan untuk memperkuat pengetahuan dalam menghadapi faham – faham teologi yang banyak berkembang pada masyarakat Islam. Yang dipandangnya tidak sesuai dengan kaidah yang benar menurut akal dan syara’.
2) Dokrin – dokrin teologi Al-Maturidi
a. Akal dan Wahyu
Al-Maturidi membagi kaitan sesuatu dengan akal pada 3 macam, yaitu:
1. Akal dengan sendirinya hanya mengetahui kebaikan sesuatu itu.
2. Akal dengan sendirinya hanya mengetahui keburukan sesuatu itu.
3. Akal tidak mengetahui kebaikan dan keburukan sesuatu, kecuali dengan petunjuk ajaran wahyu.
b. Perbuatan manusia
c. Kekuasaan dan kehendak mutlak tuhan
d. Sifat tuhan
e. Melihat tuhan
f. Kalam tuhan
g. Perbuatan manusia
Setiap perbuatan tuhan yang bersifat menciptakan atau kewajiban – kewajiban yang dibebankan kepada manusia tidak lepas dari hikmah dan keadilan yang dikehendaki-Nya kewajiban – kewajiban antara lain:
1. Tuhan tidak akan membebankan kewajiban – kewajiban kepada manusia di luar kemampuannya karena hal tersebut tidak sesuai dengan keadilan.
Manusia juga diberi kemerdekaan oleh tuhan dalam kemampuan dan perbuatannya.
2. Hukuman atau ancaman dan janji tersebut karena merupakan tuntutan keadilan yang sudah ditetapkan-Nya.
h. Pungutan Rasul
i. Pelaku dosa besar (Mintakib Al-Kabir)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar