Sabtu, 08 Januari 2011

IKHTISHOS

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memenuhi Ujian Semester Ganjil















Oleh: Nur Shobah
Pembimbing: Hudi Efendi




MADRASAH MU’ALLIMIN – MU’ALLIMAT
YAYASAN PONDOK PESANTREN SUNAN DRAJAT
BANJARANYAR PACIRAN LAMONGAN
2010/2011
A. PENDAHULUAN
Nahwu adalah ilmu yang mempelajari tentang “Bahasa Arab” di dalam ilmu nahwu ini terdapat banyak sekali manfaat yang bisa kita ambil dari mempelajarinya. Kita dapat membaca tulisan Arab yang belum ada harokat/sakalnya. Selain itu kita juga dapat memahami apa yang di maksud oleh pengarang kitab yang kita baca tersebut.
Kitab nahwu banyak macamnya, dari mulai yang rendah sampai pada kitab yang di buat untuk mengarang sebuah kitab salah satunya yaitu Alfiah, Imriti Jurumiah, Amsilati dan banyak kitab-kitab lainya.
Semua kitab-kitab di atas itu menerangkan tentang cara membacanya, Tasrifannya, maknanya, terjemahnya dan lain sebagainya, dan hukum-hukum bacaan yang terdapat dalam kitab tersebut mulai dari i’robnya dan lain-lain.
Dan di dalam kitab-kitab tersebut terdapat banyak bab-bab yang sering kita jumpai dari mulai pembahasan Mubtada’ Khobar, Ngatof Ma’tuf, Mudof-mudof ilaih saya akan mencoba membahas salah satu dari bab tersebut yaitu menerangkan tentang Ikhtisos dari mulai pengertiannya, faktor yang mendorong terbentuknya sampai pada bentuk-bentuk Ikhtisos dan perbedaan-perbedaannya
Semoga pembahasan yang akan saya bahas ini akan membantu/memudahkan para pembaca dapat memahami dan bermanfaat bagi yang membaca
Amin,,,,,,,,,,,,,,,,

B. PEMBAHASAN
1) Pengertian Ikhtisos
Ikhtisos adalah meringkas/menghusukan suatu hukum yang di sandarkan pada isim dhomir (di khususkan) pada isim dhomir ma’rifat yang jatuh setelahnya, dan di nasobkan oleh lafat ahussu ( اخص) yang wajib di buang.
Jadi Ikhtisos ini di gunakan untuk meringkas atau menghususkan suatu hukum bacaan pada isim dhohir yang di khususkan pada isim dhohir di mana isim dhohir tersebut ma’rifat dan jatuh setelah isim tadi dan kemudian lafat tersebut di nasobkan oleh lafat ahussu ( اخص) dan wajib dibuang.
Seperti contoh ارجونى ايهاالفتى
Dalam contoh di atas bisa kita simpulkan bahwa lafat ارجوini di khususkan untuk lafat الفتى saja tidak untuk lafat lain dan lafat نى adalah termasuk dalam isim dhomir yang bermakna kepadaku lafat ini di khususkan untuk isim dhomir yang berupa ايهاالفتى
2) Faktor Yang Mendorong Terbentuknya Ikhtisos
Adapun yang mendorong terbentuknya ikhtisos adalah.
a. Adakalah ( ikhtisos ) di gunakan untuk membanggakan diri.
Seperti contoh على ايها الكريم يعتمد
Pada contoh di atas yang menjadi faktor utama / pendorong terbentuknya ikhtisos adalah lafat ايهاالكريم
b. Adakalah ( ikhtisos ) di gunakan untuk merendahkan diri atau tawwadu’
Seperti contoh انى ايهاالعبد فقيى الى عفوربى
Pada contoh di atas yang menjadi faktor utama atau pendorong terbentuknya ikhtisos adalah lafat فقير الى عفو ربى yang menunjukan ma’na tawwadu’ / merendahkan diri.
c. Adakalahnya ikhtisos juga di gunakan untuk menjelaskan maksud dari isim dhomir tersebut seperti contoh نحن العرب اقرى الناسى للضيف nah pada contoh ini di jelaskan maksud dari isim dhomir نحن yaitu lafat yang bergaris bawah kesemuanya itu adalah faktor-faktor pendorong terbentuknya ikhtisos.
3) Betuk Ikhtisos Dan Perbedaannya Dengan Munada
Ikhtisos yaitu khusus yang sama seperti munadah dalam bentuk lafatnya adapun perbedaan ikhtisos dan munada’ itu ada 3 hal yang pertama yaitu:
1. Ikhtisos itu beramal tanpa huruf Nida’
2. Harus di dahului sesuatu yang berupa dhomir mutakallim / muhotob
3. Harus terdiri dari isim ma’rifat selain isim isaroh.
Dan yang banyak terdiri dari lafat ايها dan ايتها yang di sifati dengan isim yang bersamaan dengan al (ال) dan ada juga isim yang bersamaan dengan al(ال) yakni tanpa lafat ayyun (اى)dan ayyatun (اية) atau berupa isim yang di mudofkan pada isim yang bersamaan dengan al (ال)

C. PENUTUP
1. Kesimpulan
a. Ikhtisos adalah peringkas / penghususan sesuatu
b. Faktor yang mendorongnya adalah untuk membanggakan diri untuk tawwadu’ untuk menjelaskan isim dhomir
c. Perbedaan antara ikhtisos itu sama dalam bentuk lafadnya
2. Saran-Saran
Dalam karya ilmiah itu mungkin banyak salah atau kekeliruan dalam penulisan, merangkai kata dan tanda bacaanya.
Dan dalam pemaparan penganalisa maka dari itu kami sebagai penulis mengharap kritik dan saran dari bapak guru dan para pembaca supaya dalam pembuatan selanjutnya tidak ada banyak kesalahan.
Sebagai penulis yang baik kami senang menerima saran dan kritiknya kami tunggu untuk perbaikan.

D. DAFTAR PUSTAKA
Jaya, Putra 1999 Ilmu Nahwu untuk pemula, Lamongan: Wacana ilmu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar